Saat di Bandung Barat, ia memilih pindah ke SMA Darul Falah. Ternyata, SMA itu memberikan beasiswa full termasuk seragam dan lainnya. Reza pun menjadi lulusan pertama SMA Darul Falah yang bisa tembus ITB. Ketika di ITB yang merupakan impiannya sejak SMP, juga butuh perjuangan.
Sebab ia mengajukan beasiswa namun namanya sempat tidak masuk di Bidikmisi. Saat melihat namanya tak ada, ia mempertanyaan kriteria penerima Beasiswa Bidikmisi kepada dosen wali.
Pada saat yang sama, ia mengajukan beasiswa ke Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB). Saat mendapatkan beasiswa KBB, Reza dinyatakan lolos beasiswa Bidikmisi.
Ia lantas diminta untuk melepaskan beasiswa KBB. Karena jadi penerima beasiswa Bidikmisi, anak kedua dari tiga bersaudara ini mendapat kesempatan tinggal di asrama.
Tetapi baru 3 jam di asrama dia memutuskan untuk kembali ke rumah yang menurut dia lebih nyaman. Dengan sepeda motor Honda Legenda, dia pakai untuk pulang pergi ke kampus. Reza juga membawa bekal makanan agar tidak jajan di kampus.
“Saya hanya beli bensin per hari Rp 5.000 saja. Saya enggak suka nongkrong dan enggak suka jajan. Habis kuliah dan kegiatan organisasi saya langsung pulang ke rumah,” ungkapnya.
Butuh Perjuangan sehingga Reza bisa seperti sekarang ini. Dari uang saku Bidikmisi sebesar Rp950.000 per bulan dia tabung. Untuk kebutuhan kuliah dan lainnya, Reza mengandalkan hasil mengajar di lembaga olimpiade dengan honor per jam Rp125.000.
Bahkan dari honor mengajar ini, ia bisa membantu orangtuanya. Sedangkan tabungannya digunakan untuk keperluan keluarga lainnya. Ketika kuliah, Reza berhasil menjadi mahasiswa berprestasi dengan meraih medali perak ONMIPA tahun 2017 dan 2018.
Reza juga meraih juara 2 OSN Mahasiswa Nasional tahun 2017, dan finalis mahasiswa berprestasi FMIPA tahun 2018. Tak hanya itu saja, Reza juga berkesempatan mengikuti insternship di KAIST selama tiga bulan. Hingga akhirnya Reza lulus ITB dengan nilai memuaskan, yakni IPK 3,98.