Sendiri. Aku selalu sendiri. Sudah lama terjadi. Kesendirian adalah sahabat diri sendiri. Sunyi? Itu suasana yg tak pernah terganti sebelumnya. Kesepian, ia bahkan selalu mendatangiku.
Aku ingin merasakan hal yg lain. Merasakan suasana yg berbeda. Kau tahu? sebatang kara itu tidak menyenangkan. Sangat. Percayalah.
Hembusan angin tengah bermain. Deru ombak seakan beradu dalam suasana pagi. Ini alasan sederhana, membuatku sangat menyukai pantai. Tempat yg selalu ada dalam kesan pertama. Tempat dimana keluh kesah yg terpendam dapat hilang tertiup angin.
“Hei..”seseorang tengah berteriak pelan. Tepat di indra pendengaran. Spontan aku berbalik. Menampakkan pelaku yg asing bagiku. Seorang pemuda dengan tampang acak-acakan tengah mengatur nafasnya.
“Bisakah kau menolongku?” ucapnya lagi. Aku memperhatiakan dirinya seksama. Ada yg ganjil. Aku baru menyadarinya. Ia berdarah. Sangat banyak. Bahkan ia bermandikan darah sekarang. Wajah itu pucat, hampir ditinggal nyawa.
“Ku mohon tolong.. a..aku” seketika ia jatuh. Tak sadarkan diri. Walau bingung dan sedikit panik, dengan susah payah aku membawa pemuda itu masuk dalam rumah. Berusaha untuk menolongnya.