Dia belum sadarkan diri. 2 jam lewat begitu saja. Aku telah mengobati lukanya. Banyak darah yg ia keluarkan. Tapi darahnya sudah berhenti sepenuhnya. Aku sedikit iba. Entah apa yg terjadi sehingga ia bisa menjadi seperti ini.
Perlahan, matanya terbuka. Menampakkan bola coklat yg indah di pandang. Bahkan terlihat lucu saat mata itu mengerjap berkali-kali. Membuat bulu mata lentik itu seakan tengah menari-nari.
“Aku ada dimana?” ucapnya. Walau ia menatapku seakan meminta jawaban, aku hanya bisa tersenyum. Hanya itu.
“Hei” dia bangkit. Namun aku menggelengkan kepala. Pertanda aku tak mengizinkannya untuk bangkit. Ia mengerti dan kembali membaringkan badannya.
Aku hendak mengambil bubur yg telah kusiapkan untuknya. Hingga sebuah tangan besar itu menahanku
“Kau mau kemana?” sekali lagi, aku hanya bisa tersenyum. Entah apa yg akan ia fikirkan tapi inilah kenyataannya. Aku melepaskan genggamannya perlahan dan melanjutkan langkahku.