Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berharap Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2019 bisa mendorong mahasiswa menjadi penemu bidang kedirgantaraan yang dapat menciptakan paten bernilai komersial.
Selain itu, mahasiswa juga diharapkan menciptakan robot terbang, wahana terbang tanpa awak atau drone yang membantu pertahanan negara dan penanggulangan bencana.
“Saya berharap ini menghasilkan inventor baru, penemu baru dalam masalah robot terbang, karena teknologi menjadi sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi masa depan. Apa hubungannya robot terbang dengan ekonomi? Orang bertanya itu. Contoh untuk di daerah perkebunan, bagaimana cara mengawasi kebun itu dengan baik. Tidak lagi dengan darat. Kalau di darat kita tidak tahu, dengan udara kita bisa melihat apa yang ada di darat,” beber Nasir saat membuka KRTI 2019 di Rektorat Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (1/10) malam.
Dia berharap dari 42 perguruan tinggi yang ikut, ada teknologi drone untuk pertahanan negara dan penanggulangan bencana. Bagaimana robot terbang ini mampu mengamankan negara Indonesia dari segala serangan.
Bagaimana juga penanggulangan bencana. Apakah bencana karena banjir, haze atau asap, atau karena gempa bumi. Ini semua harus dilatih dengan baik. “Dengan pesawat tanpa awak, kita bisa deteksi lokasi bencana,” ucapnya.
Rektor Unesa Nurhasan sebagai tuan rumah KRTI 2019 berharap even ini mendorong perguruan tinggi mengembangkan program studi yang mampu menghasilkan inovasi baru yang mendukung daya saing bangsa.
“Kontes Robot Terbang Indonesia ini merupakan ajang kompetisi kemampuan masing-masing perguruan tinggi untuk menunjukkan kepiawaian mahasiswa dalam merancang dan membuat serta memprogram robot-robot ciptaannya dalam kompetisi,” tandas Nurhasan.
KRTI yang ketujuh tahun ini akan berlangsung hingga 5 Oktober. Terdapat empat divisi lomba yang diselenggarakan, yaitu Divisi Racing Plane (RP) yang diikuti oleh 24 perguruan tinggi, Divisi Fixed-Wing (FW) diikuti 25 perguruan tinggi, Divisi Vertical Take-off and Landing (VTOL) diikuti 24 perguruan tinggi, dan Divisi Technology Development (TD) diikuti 22 perguruan tinggi.
Sumber: jpnn