Spotify, Menjadi Penguasa Namun Tetap Merugi

Posted on

Kebanyakan orang pasti menyukai yang namanya mendengarkan musik. tentu saja beragamnya jenis musik yang ada membuat semua kalangan dapat menikmatinya. Mendengarkan musik bisa dilakukan dimana saja dan kapanpun. Entah sedang mengerjakan sesuatu atau bahkan sedang mengendarai kendaraan pun bisa sambil mendengarkan musik

Banyak alasan kenapa orang senang mendengarkan musik, di antaranya bisa mendatangkan ide-ide baru, menghlangkan kegalauan, atau bahkan hanya untuk mengisi kekosongan bisa jadi salah satu alasan dari masih banyaknya alasan lain yang menyebabkan orang senang mendengarkan musik.

Dulu jika ingin mendengarkan musik harus mengumpulkan kepingan cd untuk mendengarkan berbagai jenis musik atau hanya mendengarkan dari radio-radio walaupun mungkin itu bukan musik yang disukai.

Namun denga kemajuan teknologi yang kian pesat menyebabkan untuk mendegarkan musik sudah sangatla mudah. Tinggal mencari di internet kemudian download agar tersimpan di hp masinh-masing

Namun hal ini masih di rasa sedikit menyulitkan, belum pesatnya lagu-lagu baru yang bermunculan. Ditambah dengan kapasitas penyimpanan yang menyempit membuat hal tersebut menjadi menyulitkan.

Maka dari itu banyakla di buat aplikasi-aplikasi musik. agar para pengguna dapat mendengarkan lagu apapun tanpa perlu mendownloadnya dan tentu saja penyimpanan tidak akan dipengaruhi.

Para pencinta musik hanya perlu mendownload aplikasi tertentu dan bisa menikmatinya dengan senang hati. Walaupun di aplikasi tersebut terbagi atas pengguna gratis dan premium. Tentu saja ada beberapa fitur yang di batasi jika masih menggunakan ang gratis dan ada banyak kelebihan yang didapatkan jika menggunaan yag premium.

Namun tampaknya mengeluarkan beberapa lembar uang agar dapat menggunakan yang premium bukanla suatu masalah agar dapat menikmati musik dengan berbagai kemudahan yang ada.

Salah satu aplikasi yang memiliki pengguna terbesar didunia yakni Sportify. Dia aplikassi tersebut masuk daam  salah satu layanan streaming musik terbesar di dunia. Pada April 2019 saja ada lebih dari 100 juta pelanggan premium yang dimiliki oleh Sportify.

Namun walaupun memiliki pelanggan premium yang sangat besar tidak begitu saja membuatnya untung besar. Walaupun pengguna premium mereka terus bertambah tapi mereka masih mengalami kerugian yang cukup besar, tentu saja ini sangat mengganjal. Pada kuartal 1 2019 masih mengalami kerugian sebesar Rp 2,3 T. walaupun jumlah ini masih lebih baik di banding tahun sebelumnya. Tapi yang namanya rugi tak ada baiknya bukan.

Apa alasan yang menyebabkan Sportify bisa merugi ?

Sportify sendiri untuk mendapatkan semua musik yang ada dari seluru dunia mereka harus mengeluarkan dana yang sangat besar kepada label makanan yang memilik hak terhadap musisi-musisi mereka masing masing yang berada di bawah naungannya.

Walaupun pengguna Sportify kian hari bertambah, biaya untuk kelabel rekaman pun ikut bertambah pula. Bayankan saja total keuntungan yang didapatkan oleh Sportify hampir 75% digunakan untuk membayar royalti. Ini belum termasuk biaya oprasional, modal dan pajak.

Selain angkanya yang lebih besar dari aba kotor perusahaan, nominal pun kian bertambah seiring dengan peningkatan pengguna. Dengan margin yang tipis dan biaya yang terus membengkak wajar saja Sportify masih mengalami kerugian.

Banak hal yang mampu dilakukan olh Sportify agar memperbaiki kerugan yang mereka alami seperti memiliki label rekaman sendiri agar mengurangi biaya yang sangat besar yang keluarkan pada bagian tersebut. Banyak aplikasi streamig yang telah melakukan hal tersebut. Namun CEO dari Sportify sendiri pernah mengatakan kalo dia tidak pernah melihat Sportify sebagai label rekaman.

Mau tak mau mereka harus membuat gebrakan baru agar tak terus mengalami kerugian. Sportify sendiri telah melakukan beberapa inisiatif, salah satunya dengan mengadakan konten podcast sendiri. Sportify berharap dengan hal tersebut bisa memperbaiki kentungan di tahun 2019.