Malam ini hujan tidak terlihat lembut seperti malam-malam sebelumnya. Terlalu mengerikan. Bahkan cahaya kilat itu sangat menyeramkan. Membuat siapapun akan merasa terancam di waktu yang bersamaan.
‘Tapi ada apa dengannya?’
Rena, sang tokoh utama tengah menengok keluar jendela kamar. Namun ada yang menjanggal dari sudut itu. Akan terlihat jelas ketika cahaya kilat menyala. Bahkan seakan sang objek tidak takut dengan apa yang terjadi di sekitar.
Rena memerhatikan lebih seksama lagi. Rasa penasarannya lebih besar dibanding dengan rasa takutnya saat ini. Andai saja ia tidak lupa menutup tirai jendela, maka dia tidak akan menemukan objek tersebut. Bisa diketahui bahwa apa yang rena lihat seorang lelaki dengan pakaian serba hitam. Namun, dengan sebuket bunga besar di tangan kanannya. Dia terduduk seperti tanpa tenaga.
‘apakah dia bukan manusia?’
Bahkan memikirkannya membuat rena ketakutan. Tiba-tiba lampu padam. Dan semuanya menjadi gelap tanpa cahaya. Rena berjalan dengan hati-hati, tidak mau menyakiti dirinya sendiri karena kegelapan yang ia takuti. Seakan nafaskan akan hilang jika semuanya lebih gelap dalam waktu yang lebih lama lagi.
Sekarang bahkan cahaya kilat sudah terlihat jelas bermain di luar sana. Diikuti dengan suara gemuruh yang membuat siapapun takut untuk berjalan diluar rumah. Siapapun.
‘tapi, bagaimana dengan lelaki tadi?’
Rena berjalan perlahan lagi dengan sebuah lilin ditangannya. Mengintip dari sela tirainya, melihat untuk memastikan apakah lelaki itu masih ada disana, atau sudah pergi karena sadar akan ketakutannya sendiri. Tak ada yang dapat dilihat diluar sana. Bagai terselimuti oleh kegelapan, menjadi satu warna.
Tapi saat kilat mulai kembali bermain, Rena tahu bahwa lelaki itu mulai berjalan menuju arahnya, arah jendela tempatnya mengintip.
‘apa yang ingin lelaki itu lakukan?’
Dengan segera Rena terduduk, secara otomatis menutup mulutnya sendiri. Takut bahwa bunyi nafas yang dia punya akan terdengar oleh lelaki diluar sana.
‘tok..tok..tok..’
Rena tambah ketakutan dan mulai menggigil. Dia sudah ketakutan tanpa alasan yang jelas. pikirannya sudah tidak jernih seperti biasanya. Bahkan dia mulai takut dengan cahaya lilin yang menyala. Mengira bahwa karena cahaya itu telah memberitahukan keberadaannya.
Lilin perlahan dia lepaskan lalu merangkak kesudut ruangan yang lainnya, jauh dari cahaya tersebut.
“saya tahu kau ada di sana, maka jangan pernah lari”
Suara itu terdengar tenang tapi tidak dapat menenangkan siapapun yang mendengarnya. Penuh penekanan dan dingin. Sedingin hawa malam ini.
Tubuh Rena sudah bergetar sepenuhnya. Air mata yang dia tahan sejak tadi sudah mulai pecah. Dengan rasa takut yang ada, dia menekan mulutnya sendiri. Kuat.takut bahwa lelaki itu akan masuk dan menemukannya.
Hingga satu ingatan penting terlintas, dan membuatnya khawatir dengan hebatnya.
‘apa saya sudah mengunci jendela?’
Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi decitan tidak terlalu keras dari jendela rumah. Menandakan seseorang telah membukanya. Tidak tinggal diam Rena merangkak kembali menuju tempat yang menurutnya aman. Di bawah kolom meja makan. Jika dia berlari kedalam kamar terlalu beresiko. Pikirnya saat ini.
‘tak.. tak.. tak..’
Suara langkah kaki, terdengar semakin jelas dari dekat jendela. Semakin jelas. semakin dekat. Dan jelas saja Rena sudah ketakutan setengah mati. Wajahnya pucat. Tubuhnya bergetar dengan kencang. Air matanya bercucuran. Perlahan tapi pasti. Lelaki itu menunduk, menampakkan wajahnya dengan senyuman menakutkan. Seakan alam tidak memihak, kilat bermain kembali, menampakkan cahaya dan membuat Rena ketahuan seutuhnya.
Masih dengan senyum yang menyeramkan lelaki itu berkata “hai”. Kurang dari sedetik, tangan lelaki itu menarik rambutnya, memaksa Rena untuk keluar dari persembunyiaannya. Seketika kepala Rena tersentak ke lantai. Cukup keras. Hingga darah segar mulai mengalir secara perlahan.
Lelaki itu tertawa. Entah dari mana asalnya, musik tradisional mulai terdengar. Mulai dari gendang, suling, yang beralun seirama. Lelaki bernyanyi. Dengan bahasa yang samar-samar Rena dengarkan sebagai bahasa yang tidak dia mengerti.
Terlihat palu di tangan lelaki tersebut. Muncul dengan tiba-tiba. Dan dengan tiba-tiba pula lelaki itu memukul kepala Rena. Berkali-kali. Dan semua yang Rena rasa mulai menghilang dan Gelap. “setidaknya, rasa sakit yang kau rasa, rasa sakit yang saya rasa bisa hilang” ucap lelaki itu dengan merdu. Lalu bernyanyi kembali sampai musik itu terhenti sepenuhnya.