Riset: Twitter Bikin Pelajar SMA Jadi Bodoh

Posted on

Twitter adalah layanan jejaring sosial dan mikroblog daring yang memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 140 karakter akan tetapi pada tanggal 07 November 2017 bertambah hingga 280 karakter yang dikenal dengan sebutan kicauan (tweet).

Twitter didirikan pada bulan Maret 2006 oleh Jack Dorsey, dan situs jejaring sosialnya diluncurkan pada bulan Juli. Sejak diluncurkan, Twitter telah menjadi salah satu dari sepuluh situs yang paling sering dikunjungi di Internet, dan dijuluki dengan “pesan singkat dari Internet.” Di Twitter, pengguna tak terdaftar hanya bisa membaca kicauan, sedangkan pengguna terdaftar bisa menulis kicauan melalui antarmuka situs web, pesan singkat (SMS), atau melalui berbagai aplikasi untuk perangkat seluler.

Twitter menjadi salah satu media sosial terpopuler saat ini. Tapi tahukah anda?, ada satu riset terbaru yang menemukan Twitter bukan tempat yang baik untuk pelajar. Bahkan, menggunakan Twitter sebagai sarana belajar dianggap bisa menurunkan tingkat kecerdasan.

Penelitan yang dilakukan oleh fakultas ekonomi dan keuangan Catholic University of the Sacred Heart di Milan, Italia, membuktikan pelajar SMA yang menggunakan Twitter dalam proses belajar sastra mendapat nilai ujian yang lebih rendah dibanding sebelumnya, terutama untuk siswa yang memiliki performa bagus.

Di Italia, Twitter dijadikan sebagai salah satu sarana untuk mempelajari karya sastra. Program ini dikenal dengan TwLetteratura (TwL) yang telah diadopsi oleh sekitar 250 sekolah dan 14.000 siswa.

Pengurus program TwL akan memilih buku tertentu, kemudian membuat tagar dan menetapkan jadwal membaca yang diikuti oleh sekolah peserta. Siswa kemudian berkicau dan mengomentari kalimat atau kutipan favorit mereka.

Analisis awal, hal ini dapat merangsang partisipasi dalam hal membaca, menghafal, dan memahami karya sastra. Tetapi, para peneliti di riset menemukan kegagalan dari program ini.

Studi yang melibatkan uji coba terkontrol secara acak terhadap 1.465 siswa di 70 SMA Italia pada 2016-2017 menemukan kegagalan dari program pembelajaran sastra di platform Twitter.

Para peserta riset telah menggunakan Twitter untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari sebuah novel karya pemenang Hadiah Nobel Luigi Pirandello berjudul ‘Il fu Mattia Pascal (The Late Mattia Pascal)’. Mereka menggunakan metode pembelajaran tradisional untuk mempelajari buku.

Pada nilai ujian standar untuk menentukan efek dari program TwL ditemukan deviasi atau penyimpangan yang besar antara 25 persen dan 40 persen dari angka standar.

Para peneliti menemukan bahwa Twitter tidak hanya gagal meningkatkan pencapaian intelektual tapi secara substansial merusaknya. “Ini sangat merugikan,” kata Gian Paolo Barbetta, seorang profesor yang terlibat dalam penelitian.

Follow kami juga di:

Editor: MAA