Siswa SMP Tewas Diduga Karena Dihukum Lari Keliling Lapangan Oleh Guru. Ini Penjelasannya

Posted on

Dunia pendidikan kembali berduka. Seorang siswa SMP di Manado meninggal dunia. Bukan, bukan karena ia dirundung teman-temannya atau terlibat tawuran seperti yang selama ini sering terjadi, melainkan diduga karena dihukum guru lari keliling lapangan. Belum sempat menyelesaikan hukumannya, siswa malang itu ambruk di putaran keempat.

Kejadian ini masih terus diselidiki. Polisi pun masih menunggu hasil autopsi untuk mengetahui apakah benar siswa itu meninggal karena kelelahan memutari lapangan. Tapi berdasarkan keterangan, sebelum pingsan ia sempat memberitahu temannya yang juga dihukum kalau ia tidak kuat lagi. Duh, memang gimana sih kejadian selengkapnya? Mari simak bersama.

Siswa SMP bernama Fanli Lahingide dari Manado meregang nyawa di tengah ia menjalani hukuman lari keliling lapangan karena terlambat

Fanli Lahingide, pelajar SMP Kristen 46, Mapanget Barat, Manado, dikabarkan meninggal karena dihukum lari memutari lapangan sekolah oleh guru inisial CS, dilansir dari Detik. Selasa (1/10), ia bersama 5 temannya yang lain dihukum lantaran datang terlambat. Mulanya mereka dijemur di halaman sekolah selama 15 menit, kemudian lanjut lari memutari lapangan sebanyak 15 kali, kata Kapolresta Manado Kombes Benny Bawensel. Namun memasuki putaran keempat, tubuh Fanli jatuh tersungkur.

Katanya sebelum jatuh, Fanli sempat bilang ke temannya kalau ia nggak kuat lagi. Dari keterangan yang dihimpun polisi, dalam Kompas, Fanli juga sempat meminta istirahat kepada CS, tapi diduga permintaan Fanli nggak dikabulkan. Setelah terjatuh, Fanli dibawa ke RS Auri. Tapi oleh RS Auri dirujuk lagi ke RS Malalayang. Sesampainya di sana ternyata dokter mengatakan kalau Fanli sudah meninggal dunia.

Saat ini pihak kepolisian sedang menyelidikinya, termasuk untuk memastikan apakah benar Fanli meninggal karena kelelahan dihukum lari. Polisi juga masih menunggu hasil autopsi

Polisi kini sudah mengumpulkan keterangan dari para saksi, termasuk teman-teman Fanli yang juga ikut dihukum, keluarga, dan pihak sekolah. Olah TKP juga sudah dilakukan, seperti pengukuran lapangan sekolah yang ternyata 1 putarannya sama dengan 68 meter. Hingga Rabu (2/10) pagi, pihak keluarga dan polisi masih menunggu hasil autopsi dari RS Bhayangkara Manado.

Sedangkan guru CS setelah mendengar kematian siswanya syok hingga harus dirawat di RS. Tensinya juga sempat naik. Inilah yang jadi alasan kenapa pihak kepolisian belum bisa meminta keterangan yang bersangkutan.

Walau belum bisa dipastikan bahwa memang benar Fanli meninggal karena dihukum lari, tapi guru-guru atau siapapun, diimbau untuk tidak sembarangan memberi hukuman semacam itu

Pada dasarnya segala sesuatu yang berlebihan itu memang nggak baik, sama seperti olahraga fisik. Menurut dokter spesialis olahraga dr Michael Triangto, SpKO, mengutip dari Kompas, ada sejumlah faktor yang menyebabkan orang meninggal setelah olahraga fisik, walau dalam waktu singkat. Untuk kasus Fanli, bisa jadi ia kelelahan. Berbeda dengan atlet marathon yang bisa lari berjam-jam. Sebelum melakukannya, mereka pasti sudah melalui sederet latihan dan tes guna mengetahui apakah kondisinya memungkinkan buat lari. Tapi Fanli tentu nggak melalui itu semua sebelum dihukum.

Namun, mengingat Fanli tidak dihukum sendirian dan hanya dia saja yang meninggal, bisa jadi sejak awal kondisi Fanli memang sedang tidak baik-baik saja. Makanya semua itu perlu pemeriksaan lebih lanjut. Selain itu, dokter Michael juga menambahkan, sebaiknya anak nggak dihukum secara fisik, karena kita pun sebenarnya nggak tahu seberapa jauh suatu hukuman berpengaruh pada fisik anak. Kalau mau menimbulkan efek jera, hukumannya bisa diubah dengan membersihkan WC atau menyapu halaman sekolah. Risikonya memang lebih kecil.

cc : hipwee