Mengapa Italia Memiliki Lebih Banyak Kasus Corona Dibandingkan Negara Lain di Eropa?

Posted on

Mengapa Italia Memiliki Lebih Banyak Kasus Corona Dibandingkan Negara Lain di Eropa?

berikut kutipan dari Amelia Putri (Quora)

Saya ingin bercerita tentang pengalaman di lockdown sekaligus mencoba menjawab mengapa di negara yang saya tinggali kini, Italia, mempunyai kasus corona terbanyak di bandingkan negara Eropa lainnya. Semoga bisa menjadi pembelajaran semua untuk mengantisipasi penyebaran virus dimana saja, terutama di Indonesia.

________________________________________________

per tanggal 12 Maret 2020

Total kasus mencapai 15.113 yang terdiri dari:

12.839 orang positif; (positivi)

1.016 orang telah meninggal dunia (deceduti) dan;

1.258 orang sembuh (guariti)

Update:

per tanggal 19 Maret

______________________________________________

Italia adalah negara kedua dengan penduduk terjangkit co-vid 19 terbanyak di dunia setelah Cina. Iya! Melampaui Korea Selatan dan Jepang yang telah sebelumnya terjangkit. Faktor yang bisa menjadi penyebab adalah karena Italia adalah salah satu negara yang paling dikunjungi turis mancanegara.

Saat ini saya tinggal di Venice dan sejak adanya kasus co-vid 19 di kota Padova (yang hanya berjarak 50km dari Venice) pada tanggal 18 Februari 2020, universitas telah diliburkan. Kota Venice sendiri memang sudah terkena dampak isolasi dan semi-lock down (tidak boleh keluar masuk kota kecuali ada keperluan) yang mengharuskan penduduknya untuk isi formulir jika mau bepergian keluar kota. Lalu sejak tanggal 9 Maret 2020, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte ‘menutup’ seluruh Italia sampai tanggal 3 April, mengharuskan toko-toko komersial untuk tutup kecuali diantaranya bank, supermarket, toko makanan dan kantor pos. Jika ingin keluar rumah dan mengunjungi tempat-tempat tersebut, harus pula mengisi formulir berisikan alasan keluar rumah yang nantinya harus ditunjukkan kepada polisi sekitar jika diminta. Alasan tidak ‘urgent’ seperti mengunjungi rumah pacar, ingin beli PS4, dan jalan-jalan bisa jadi terkena denda (ini kisah nyata, ada aja orang-orang yang alasannya aneh-aneh). Di kota Venice sendiri 282+ orang (update 14/3) positif terkena corona virus.

Mengapa Italia mempunyai banyak kasus virus corona dibandingkan negara Eropa lainnya?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita kembali ke kasus pertama virus corona.

Dua kasus pertama virus corona adalah dua orang turis dari Cina. Hal ini telah dikonfirmasi pada tanggal 30 Januari 2020 oleh Spazzalani Institute, dimana mereka dirawat di rumah sakit di Roma dan pada tanggal 26 Februari 2020 mereka dinyatakan sembuh. Karena kasus tersebut, Italia telah memberhentikan penerbangan ke dan dari Cina sejak tanggal 30 Januari 2020, sedangkan penerbangan lainnya masih berjalan dengan normal.

Kasus setelahnya adalah warga negara Italia yang tinggal di kota Codogno, provinsi Lodi, region Lombardia. Dia dinyatakan positif co-vid 19 pada tanggal 18 Februari 2020. Dia tidak mempunyai riwayat pergi ke Cina, sehingga alasannya masih belum diketahui juga. Untuk mencegah penyebaran virus, pemerintah Italia mengkarantina belasan kota di provinsi Lodi sebagai zona merah. Daerah yang di lockdown ini diawasi polisi dan setiap warganya dicek kondisinya satu persatu, apakah mereka terjangkit atau tidak. Jika terjangkit mereka harus dikarantina, jika mereka sakit dan menunjukan symptom, mereka akan dirawat di rumah sakit secara intensif. Inilah yang menjadi penyebab mengapa Italia menemukan banyak kasus, karena belasan kota di zona merah yang di lockdown dipantau secara aktif oleh pemerintah setempat dan satu persatu warganya dicek kesehatannya. Sejauh ini sudah 45,000+ tes dilakukan. Ini upaya agar orang yang terjangkit tidak menularkan virusnya ke wilayah dan orang lain. Lain halnya dengan di negara lain contohnya Jerman dan Perancis, mereka hanya memantau orang-orang yang pernah kontak secara langsung dengan korban, contohnya orang terdekat.

Karena kasus semakin bertambah di region Lombardia dan Veneto, seminggu setelahnya pemerintah me-lock down area di bagian utara Italia, seperti region Lombardia, Emilia-Romagna, Veneto, Piedmont, dan Marche. Pertambahan kasus semakin mengkhawatirkan terutama munculnya kasus di bagian Italia selatan (Total 15.000 kasus dalam 45 hari!). Pihak resmi menyatakan bahwa kebanyakan penduduk Italia bagian selatan yang positif virus corona memang telah melakukan perjalanan ke daerah utara Italia dalam beberapa minggu terakhir sebelum outbreak terjadi. Akhirnya perdana menteri Italia me-lockdown seluruh Italia.

Coronavirus, Giuseppe Conte: “Tutta Italia zona arancione. Firmo decreto ‘Io resto a casa’”

PM Giuseppe Conte dengan kebijakan #iorestoacasa / Aku berdiam diri dirumah.

PM Giuseppe Conte menyampaikan jika virus ini cepat menyebar karena kebiasaan dan budaya orang Italia yang kekeluargaan dan suka bersosialisasi, contohnya suka kumpul-kumpul kongkow dengan kolega selepas kerja di bar, bepergian bersama ke pusat perbelanjaan, liburan ke tempat wisata bahkan ketika outbreak sudah terjadi sehingga terkesan careless atau tidak menganggap virus ini serius. Ditambah lagi budaya cipika cipiki, berpelukan dan sebagainya. Menurut PM Conte inilah yang membuat virus cepat menyebar. Untuk mencegah penyebaran dan melindungi orang-orang tua dan orang sakit, PM Conte menyatakan untuk menutup segala restoran, bar dan juga pusat perbelanjaan. Selain itu konferensi, festival olah raga dan kegiatan keagamaan seperti perayaan di gereja atau solat jum’at diberhentikan. Semua penduduk harus tinggal dirumah, mengindari kontak sesama yang terlalu dekat, menghindari tempat keramaian, menjaga kesehatannya dan kebersihannya. “Kita semua mempunyai tanggung jawab untuk menjaga satu sama lain, terutama yang beresiko seperti orang tua. Masing-masing dari kita harus turut andil dalam menyelesaikan masalah ini dengan tidak keluar rumah untuk mengurangi resiko penularan virus.” Kira-kira seperti itu ungkapan PM Conte.

Saya pribadi ingin sekali ‘standing applause’ untuk PM Conte, keputusan untuk me’rumahkan’ semua warganya dan menutup semua kegiatan komersial tentu sangat sulit karena akan membuat perekonomian Italia menurun drastis pada period ini. Tapi dia sangat bijak menentukan keputusan ini dan lebih peduli kesehatan warganya.

Selain itu, penerbangan yang sebelumnya masih berjalan normal telah membuat virus ini tidak kenal ‘border’. Virus bisa dibawa oleh orang-orang dari luar negeri yang lalu berlibur di Italia, terutama untuk orang-orang yang mempunyai virus didalam dirinya tetapi tidak sakit atau menunjukan simptom, yang bisa disebut ‘silent carrier’. Sehingga, kebijakan terbaru dari beberapa airlines diantaranya Turkish Airlines dan Emirates adalah terpaksa menutup penerbangan ke luar dan ke dalam Italia untuk sementara waktu.

Oh iya, penyebab lainnya adalah bahwa 23% penduduk Italia adalah lansia. Yang banyak meninggal pun rata-rata memang sudah tua. Ini juga yang menjadi pertimbangan PM Conte dalam memilih kebijakan, karena ingin melindungi para lansia dari virus ini.

Sekian, akan terus saya perbaharui seiring pemberitahuan dari pemerintah Italia dan berita terbaru. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan.

Real time map penyebaran virus corona di dunia

Coronavirus, i contagi giorno per giorno nel mondo – Repubblica.it

13/3 Pemeriksaan surat ‘ijin’ sebelum berpergian di stasiun kereta Milano Centrale. Kereta api jurusan Italia selatan penuh dengan penumpang yang ingin kembali ke daerah asalnya.

Gondolier tanpa pelanggan di Venice, Italia

Grand Canal tanpa perahu/vaporetto di Venice, Italia

Trevi fountain di Roma yang telah ditutup.

Doakan kami semua agar kondisi di Italia semakin membaik, ya. Dan yang paling penting, jaga kesehatan!

Io resto a casa, lontani oggi, piu vicini domani.

Sumber:

Protezione civile

http://opendatadpc.maps.arcgis.c…

Covid-19 – Situazione in Italia

http://www.salute.gov.it/imgs/C_…
http://www.salute.gov.it/imgs/C_…

Italy’s large elderly population bearing brunt of coronavirus

Photograph:

Mirco Toniolo/errebi/AGF/REX/Shutterstock,Simone Padovani/Awakening/Getty Images, Anadolu Agency/Anadolu Agency via Getty Images

La Repubblica Una nuova ”fuga” dal nord nel venerdì di Milano