Detik-detik perpisahan pun, aku tak dapat mengungkapkan apa yg kurasakan padanya. Lelaki pengecut. Mungkin itu julukan tepat untukku. Hari ini adalah hari kelulusan kami. Pengumuman kelulusan pun sudah berkumandang sedari tadi. Aku gembira dan bangga pada diriku sendiri dapat lulus dengan nilai terbaik. Namun, dengan waktu yg sama aku sungguh kecewa dan menganggap diriku bodoh yg tak dapat mengungkapkan perasaanku. Hari ini adalah kesempatan terakhir untukku. Besok aku akan berangkat ke kanada. Aku mendapatkan beasiswa disana.
Aku yakin cintaku bertepuk sebelah tangan. Namun, sebelum aku pergi aku ingin dia tahu, aku telah jatuh cinta padanya. Aku mencintainya. Aku memang tak pernah menunjukkan cintaku padanya. Bisa dekat dan akrab saja aku sudah sangat bersyukur. Aku bahkan hanya sekedar lalat pegganggu dalam hari-harinya. Itulah caraku agar bisa dekat dengannya. Pasaran kan? Aku hanya ingin dia bisa ingat denganku, meski hanya tingkahku yg konyol, yg jahil, yg selalu membuatnya kesal. Walaupun buruk tapi itu adalah harapanku.
Tak jarang kami akan kejar-kejaran seperti anak kecil . ekspresi kesal, bahkan marah yg dia tunjukkan menjadi hal yg paling aku suka. Aku pasti akan selalu merindukannya.
Dan disinilah aku, dalam kelas yg telah menjadi saksi bisu tentangnya. Tempat yg penuh dengan kenangan. Yg lainnya sudah pulang sejak tadi. Membawa kabar gembira untuk orang tua mereka dirumah. Dia tak datang hari ini. Aku dengar dari seorang teman, dia berada di minahasa dan akan kembali saat upacara kelulusan minggu depan. Sepertinya dewi cinta tak berpihak padaku. Aku hanya bisa menyimpan perasaanku dalam kelas ini. Berharap takdir akan mempertemukanku dengannya. Membongkar semuanya, walaupun nantinya cintaku tetap bertepuk sebelah tangan.
Penulis : Febrian,