Gadis Bisu dan Khayalan

Posted on

Dia seorang gadis muda, berjalan menuju tempatnya beraktivitas. Perlahan tapi pasti. Tak lupa dengan payung kuning di tangannya. Membawanya seakan hujan akan datang hari ini selama beberapa bulan tak pernah turun dari singgasananya. Bola mata besar itu memerhatikan sekeliling. Berharap aktivitasnya menjadi sedikit berubah dari biasanya.

“ngiauuu” tanpa sengaja dia menginjak anak kucing dihadapannya. Tidak melihat ada dia disana. Anak kucing lainnya menghampiri, lalu berlari bersama. Mulai bermain, tanpa waspada kejadian tadi akan menimpanya kembali.

Kadang dia berfikir, ‘apa menyenangkan menjadi anak kucing?’ Mereka berlari, melompat, bermain, tanpa memikirkan dunia yang semakin tidak menyenangkan. Tiba-tiba seorang wanita muda melemparinya dengan sapu. Terlalu jijik melihatnya berkeliaran kesana kemari. Takut, anak kucing tersebut akan meminta makanan kepadanya. Kucing tersebut lalu berlari, mulai ketakutan. Tak akan melupakan bahwa manusia adalah makhluk terjahat dalam hidupnya.

Sesampainya di depan pelataran super market, dia mulai menunggu. duduk termenung sambil memperhatikan langit mendung pagi itu. ‘kenapa langit hitam terasa sangat indah?’

Berpadu dengan suasana yang tercipta. Dingin dan suram. Dia penyuka dunia khayal. Bahkan hidup di dunia khalayan lebih menyenangkan ketimbang di dunia nyata. Hidup sesuka hati dibawah kendali diri sendiri. Andai begini, andai begitu.

Perlahan rintik-rintik air turun secara perlahan. Jatuh ketanah. Tanpa melihat orang-orang yang mulai terkena imbasnya. Seketika orang-orang yang tadinya berjalan teratur menuju aktivitas mereka masing-masing, mulai berlari mencari tempat berteduh.

‘apa menyenangkan menjadi hujan?’ hujan selalu indah di matanya. Walau akhirnya akan lenyap ke dalam tanah, kering ketika matahari datang menyinari.

Jalan mulai lenggang. Tak ada yang berkeliaran. Tapi dia masih terduduk di tempatnya. Masih berandai-andai. Atau mulai berkhalayal seperti kebiasaannya. Berharap khalayannya akan menjadi kenyataan. Menghiraukan air hujan yang perlahan mulai membasahinya.

“dek, ojek payung ya?” merasa ada yang mengajaknya bicara, dia berbalik. Pemuda yang lebih tua darinya mulai bertanya kembali ketika melihat ekspresi bingung dari wajah gadis muda itu. Mungkin suara hujan terlalu keras.

“adek ojek payung?” kali ini dengan menunjuk payung di tangan gadis tersebut. Ketika gadis itu mulai mengerti, dia tersenyum lalu mulai mengangguk.

“tolong antarkan saya ke halte disana ya” ekspresi bingung itu mulai kembali. Tidak mengerti ucapan pria di sampingnya. Lalu gadis muda itu mengeluarkan buku kecil dari dalam sakunya. Tidak lupa dengan pulpen usang miliknya.

ANDA MAU DIANTAR KEMANA?

Senyum itu tidak lepas darinya. Menunggu respon dari pemuda calon pelanggannya tersebut. Pemuda yang mulai mengerti dengan keadaan, menulis tujuan yang ingin dia tuju. Setelah selesai dia memberikannya kepada gadis tersebut. Dia mulai membaca. Tangannya melebarkan payung kuning yang sejak tadi dia pegang. Cukup besar untuk dia dan pelanggannya.

Mereka mulai berjalan,menghindari beberapa genangan air yang diciptakan hujan yang sedang turun. Tidak terlalu jauh, namun cukup melelahkan untuk melewati jalanan yang basah tersebut.

Pemuda itu memberinya dua lembar uang sebagai upah. Gadis itu menerimanya. Tapi tersadar bahwa upah itu terlalu banyak untuknya. Tangannya mulai mengembalikan satu lembar uang kepada pelanggannya itu.

“untuk adek saja. Tolong diterima” bus yang ingin pemuda itu tumpangi telah tiba. Setelah mengatakan itu pemuda itu berjalan, naik ke bus.

“tehhh maa haa siiiii hahhhhk” walau tidak terlalu jelas terdengar tapi pemuda itu tau apa yang ingin gadis muda itu ucapkan. Bus mulai meninggal halte setelah memastikan semua penumpangnya naik tanpa ada yang tertinggal. Menyisakan gadis muda itu sendiri di halte. Duduk, mulai menunggu kembali. Di tatapnya uang ditangannya. Berkhayahal kembali, uang yang di tangannya dapat menggandakan diri ketika gadis itu butuh.

Langit mulai cerah. Hujan mulai terhenti. Hanya meninggalkan jejak-jejak di jalanan sepi. gadis muda menengadah ke atas langit. Kemudian berpindah menatap sinar matahari di hadapannya.

‘apa menyenangkan menjadi matahari?’ tetap bersinar, menjadi saksi di hari-hari setiap orang di muka bumi. Tidak mengharapkan apa-apa sebagai imbalan apa yang dia kerjakan. Tidak memikirkan cara untuk mendapatkan sepeser uang yang diagungkan banyak orang di zaman saat ini.

Kenyataannya, dia hanyalah gadis muda yang tidak berteman dengan keadaan. Hanya menerima apa dia dan berusaha berkenalan dengan keadaan. Meskipun tahu kalau itu susah untuk dilakukan. Sehingga berkhayal menjadi sangat menyenangkan, mengisi waktu hingga keadaan berbalik, berteman dengan dirinya.

Penulis : Febrian

Editor : Pokerface24