Banyak faktor yang menyebabkan kualitas pelajar di Indonesia Lebih rendah walaupun materi dan ujian nya sulit dibanding negara lain.
Selama ±4tahun mengajar Saya menemukan berbagai macam jenis murid dari sekolah yang berbeda-beda. Dan masalah yang berbeda-beda pula
Saya juga pernah membaca salah satu analisis psikososial pelajar Indonesia berdasar dari data survei PISA 2015 lalu.( Untuk tautan menyusul karena file nya Saya simpan di laptop)
Saya akan menjabarkan point2 tentang masalah pendidikan di Indonesia yang menyebabkan kualitas pelajar Indonesia Lebih rendah. Point2 ini sebagian dari analisis data survei yang Saya baca Dan sebagian lain dari pengalaman saya selama mengajar.
- Shifting goal full time belajar di sekolah : salah satu tujuan diadakan kelas full time di Indonesia adalah untuk mengembangkan pendidikan karakter,sosial Dan keterampilan + memberikan waktu Lebih untuk keluarga. Namun karena sistemnya belum matang dan komponen pendukung pendidikan belum siap. Alhasil terdapat kesalahpahaman yang pada akhirnya “menggeser” tujuan awal diadakannya full time school. Alhasil seperti yang anak sekolah sekarang rasakan. Mtk 3 jam ,fisika 3 jam, dll.
- Adanya kesenjangan pendidikan: analisis ini membagi sekolah-sekolah di Indonesia menjadi beberapa klaster. Klaster atas,menengah,Dan bawah. Pembagtian klaster tersebut berdasarkan parameter fasilitas,kompetensi pengajar,jumlah prestasi,dll. Hasilnya adalah kompetensi siswa yang bersekolah di klaster bawah tertinggal ±4 tahun pelajaran dibanding siswa yang bersekolah di klaster atas.Sebagai contoh : Andi sekarang kelas XII SMA dan bersekolah di SMA klaster bawah. Budi yang juga kelas XII SMA dan bersekolah di SMA klaster atas. Secara jenjang pendidikan mereka sama-sama kelas XII SMA. Namun,dari kompetensi ,Andi tertinggal 4 tahun dari Budi. Yang artinya kompetensi Andi relatif terhadap Budi setara dengan kompetensi pelajar kelas IX SMP.
- Kesenjangan sosial ekonomi dalam aksesibilitas pendidikan: Pelajar yang berasal dari keluarga yang memiliki keadàan “soseko” yg tinggi memiliki kompetensi ±2 tahun Lebih maju dibandingkan dengan pelajar yang berasal dari keluarga dengan keadàan soseko yang rendah. Hal ini disebabkan karena akses pendidikan di Indonesia yang masih kurang. Budaya Dan sosial dari keluarga jugs turut berpengaruh dalam pendidikan.
- Kurikulum dengan materi yang padat namun tidak berbobot : seperti yang telah disinggung pertanyaan diatas tentang sulitnya tes ujian masuk ptn. Pelajar Indonesia dicekokin dengan materi pelajaran yang padat Dan Luas. Saya agak shock ketika mengetahui materi metode statistika Yang Saya pelajarin di semester 2 kuliah ternyata sudah dipelajari di kelas XII Mtk minat. Bukan hanya di matematika,tapi jugs di fisika dan mostly pelajaran inti. Materi ñya sangat padat. Dan untuk skala lulusan SMA beberapa materi belum dibutuhkan sehingga sangat tidak efektif jika dipelajari. Yang jadi masalah adalah materi dipadatkan otomatis waktu untuk menyelesaikannya bertamb ah. Alhasil yang ditekankan sekolah adalah Bagaimana siswa siswi ini menyelesaikan materi dalam waktu tertentu bukan fokus untuk menguasai materi nya.
- Kompetensi Pengajar yang kurang : Banyak murid2 Saya yang bermasalah dengan guru pelajaran di sekolah. Sebagian kecil disebabkan guru nya tidak menguasai materi yang diajar. Sebagian besar disebabkan guru yang gagal paham tentang active learning. Mereka masuk kelas hanya untuk memberikan sebuah file atau berkas. Lalu siswa disuruh baca Dan belajar sendiri.
- Komponen pendukung yang kurang : Kurikulum terbaru memang sudah diberlakukan. Tapi hampir kebanyakan sekolah tidak mempunyai buku Mata pelajaran matematika minat . Mereka memakai soft copy atau fotokopian. Disini terlihat jelas kurikulum terbaru masih belum siap tapi dipaksakan untuk diterapkan di sekolah-sekolah.
- HOTS Vs LOTS : Seperti yang dipaparkan penjawab sebelumnya. Pelajaran di Indonesia tidak melatih kemampuan berpikir Dan menganalisis. Pelajaran di Indonesia tidak menekankan kepada menguasai materi. Tapi pemerintah Kita sudah membenahi Hal ini sedikit Demi sedikit.
dikutip dari quora Irwan Ardiansyah
Karena Indonesia kurang promosi pendidikan. Gitu saja.
Kalau boleh di adu, menurut dosen matematika saya di Australia, pelajar Indonesia matematikanya jago-jago.
Menurut dosen Mandarin saya di Shanghai, pelajar Indonesia cepat belajar dibanding dari Barat, Afrika dan Timur Tengah.
Kalau boleh di adu, pada ajang olimpiade pendidikan internasional, pelajar Indonesia selalu mendapat tempat yang cukup terhormat.
Karena apa? Di Indonesia pelajaran itu sulit, pakai banget, dan berbeda dengan di Amerika yang gampang.
Masalahnya apa? Pelajaran yang terlalu sulit banyak pelajar Indonesia yang demen nyontek.
Hasilnya apa? Lulusan yang bego benar-benar tidak ketulungan.
Sudahkah saya bertemu dengan yang seperti itu? Sudah. Padahal pendidikan S1 Ekonomi, usia masih 20an, tetapi pakai Excel cari rata-rata masih pakai kalkulator hape.
Oke, sepertinya terlalu kasar ya. Hasilnya adalah orang yang mau cepatnya saja. Tidak mau melakukan riset kecil-kecilan di Internet untuk mencari tahu hal-hal baru.
Orang itu juga relatif statik dan tidak mau berkembang mencari metode baru.
Itu yang membuat pelajar Indonesia tidak bisa dipromosikan.
dikutip dari quora : Sooraj Vijaya