Pengamat media sosial dan IT sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, memberikan penjelasan mengenai situs KPU yang tidak dapat diakses. Menurut Heru, situs KPU memang beberapa kali bermasalah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. “Situs KPU beberapa kali up and down. Kalau up juga susah diakses,” katanya.
“Ada beberapa sebab kemungkinan. Pertama, yang mengakses terlalu banyak. Kedua, terjadi serangan . Dan ketiga, karena terjadi serangan yang membuat server down, sekalian serverdimatikan,” tambahnya.
Ditegaskan Heru, tidak dapat
diaksesnya situs KPU, bukan barang baru. Hal ini juga pernah terjadi di momen
Pilkada. “Kejadian ini bukan yang pertama, tahun lalu saat Pilkada juga
begitu. Tapi KPU selalu beralasan karena yang dipakai adalah perhitungan manual
berjenjang. Padahal sudah diingatkan sebelumnya agar peristiwa serupa tak
terjadi lagi,” ujarnya.
Mengenai tautan dari Karspersky yang tercantum gambar lalu lintas serangan siber, berdasarkan pantauan Heru, sumbernya terarah dari China dan Amerika Serikat. Namun belum dapat dipastikan asalnya dari kedua negara itu.
“Terpantau sih arahnya dari China dan AS, meski bisa jadi itu menggunakan rute saja atau IP address palsu dan bukan berasal dari sana,” katanya.
“Kita lihat saja dulu perkembangannya. Sebab memang ada indikasi serangan-serangan cybermasuk ini, yang dari pantauan sih dari luar negeri. Hanya kita belum tahu motifnya apa,” imbuhnya.
Selain itu, menurut Heru, cuitan yang meminta bantuan agar pengamat internasional ikut mengawasi server KPU di Indonesia juga bersifat tidak resmi. “Bisa saja dicuekin atau kemudian benar benar dibantu. Tapi kalau minta bantuan kan harus jelas bantuan apa juga? Kalau dilihat sih masih dalam tahap mencuri perhatian dunia saja,” kata Heru.
Menyinggung soal upaya warganet yang berusaha mencuri perhatian dunia dengan menggaungkan tagar #INAelectionObserverSOS, Heru meminta supaya semua pihak tidak serta-merta terpancing dan reaktif. Alasannya, bisa jadi itu merupakan tindakan dari kelompok anonim yang sengaja memanaskan suasana. Dengan kata lain, belum tentu mereka adalah pendukung salah satu capres.
“Kita juga jangan reaktif, jangan-jangan juga hanya memanaskan situasi dari kelompok yang sebenarnya anonim tapi seolah dukung salah satu capres,” kata Heru. “Jadi, jangan saling mencurigai dulu. Sebab semua hal mungkin terjadi.”
Penulis : Viva