Navigasi :
Senja Yang Tenggelam Oleh Malam (Part 1) Sekarang
Senja Yang Tenggelam Setelah Qifan Pergi (Part 2)
Senja Yang Tenggelam Kembali Menjadi Lebih Indah (Part 3)
Senja Yang Tenggelam Kembali Menjadi Indah (Final Part)
Tentang kamu laki-laki yang berhasil menghantui hari-hari ku, jadi sekarang bagaimana kabarmu? Apakah kamu bisa melihat ku sekarang?, aku masih saja selalu teringat tentangmu, tentang kita, tentang senja yang selalu membuat kita terkagum akan ciptaan Tuhan yang satu itu, saat ini aku tidak benar-benar yakin dengan diriku dan apa yang telah terjadi yang membuat senja itu terasa berbeda.
3 Tahun lalu
“Sal… kenapa sih setiap sore kamu suka sekali duduk dipinggir pantai?” dengan raut wajah yang serius
“Kamu mau tau?” jawabku, sama sekali tak berpaling dari senja ciptaan Tuhan yang begitu indah
“Kalau aku jawab iya, kamu mau tidak kasih tau ke aku?” jawabnya, dengan nada yang masih serius
“bagus kan senjanya?” tanyaku, tanpa memperdulikan pertanyaannya
“aku serius salsa, ya udah deh kalau kamu tidak mau menjawabnya!” dengan nada kesal
“qifan kamu ngambek? Iya aku kasih tau deh, dulu waktu aku masih kecil mama ku pernah bilang kalau senja itu adalah waktu dimana semua keajaiban terlukis di depan mata, nah semenjak saat itu aku suka banget lihat senja di tempat ini” jawabku, tanpa memalingkan wajahku sedikitpun untuk menyaksikan senja
“oh gitu, iya sih senja itu indah banget yah, sejak aku kenal kamu sal, aku jadi lebih tau artinya bahagia dari sudut pandang yang berbeda.” Ucapnya, sambil menatapku
“Maksudnya?” tanyaku
“Kamu itu memangnya sepolos ini yah?” jawabnya, sambil tersenyum lebar
“Kamu pikir aku kertas hvs yang polos tanpa coretan?” jawabku, dengan bercanda
“Senjanya kan sudah tenggelam sama malam, yuk pulang, besok kamu ada kelas pagi kan?”
“oh iya, aku hampir lupa”
Saat ini aku berusaha mendikte hati dan fikiran ku akan semua hal yang masih belum bisa aku baca dengan lengkap hingga selesai, 3 Tahun semenjak kamu merubah senja yang indah itu menjadi senja yang tenggelam oleh kehadiran malam yang awalnya tampak indah perlahan tampak menyedihkan untuk ku nikmati. Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada dirimu, kenapa kamu tidak lagi menemaniku melihat senja yang katamu “senja itu indah banget” yang mampu membuat kamu jadi lebih tau apa arti kebahgiaan yang sesungguhnya.
Apa kabar kamu?
Bagaimana di sana?
Apakah kamu merindukan ku juga?
qifan… aku suka dia, tatapannya yang begitu hangat, cara bicaranya, senyumnya, cara dia memperhatikan aku, orang yang selalu membuat hal-hal konyol agar aku tertawa, terkadang seseorang tidak pernah menyadari perasaan cintanya sampai dia berfikir, dia telah jatuh cinta seperti embun yang tidak perlu warna agar daun bisa jatuh cinta. Ini adalah scenario yang dibuat oleh Tuhan yang membuat aku bertanya, apakah ini yang namanya jatuh cinta? Scenario yang begitu indah, di depannya aku tidak perlu berpura-pura untuk membuatnya terkesan, aku selalu bisa jadi diriku sendiri.
“sal… aku ingin kamu mengingat saat ini, ketika kita setiap sorenya menyaksikan senja, di pinggir pantai ini, sebagai ingatan yang menyenangkan dan aku harap kamu akan terus melihat senja sebagai sesuatu yang indah dan penuh keajaiban seperti yang kamu katakan waktu itu.” Ujarnya
“Kenapa tiba-tiba pembahasannya jadi aneh yah, memangnya menurut kamu pendapat ku tentang senja akan berubah? Kamu tahu kan, senja itu akan tetap sama artinya dimata ku sampai kapanpun.” Jawabku, sambil tersenyum
“Oh iya, aku mau bertanya satu hal, boleh?” tanyanya, sambil menatap aku dengan serius
“Tanya ajah, aku tidak bakalan suruh kamu bayar, tenang ajah deh.” Sambil tertawa kecil
“Salsa, kamu harus janji sama aku bakalan selalu tersenyum seperti itu….” Ungkapnya, sambil berhenti sejenak sambil menatapku
“Kamu kenapa sih? Aneh deh”
“Mulai besok kamu bisa ke sini sendirian kan??” tanyanya
“lah memangnya kamu mau kemana? Kamu besok mau nganterin mama kamu ke dokter?” tanyaku, dengan santai
“Sebenarnya bukan hanya besok saja aku tidak bisa nganterin kamu dan nemenin kamu duduk di kursi kayu ini, tapi…” lagi, dia terdiam sambil menarik napas panjang
“Kamu bakalan pindah kampus atau ayah kamu dipindah tugaskan ke daerah lain dan kamu harus ikut pindah juga?” tanyaku, sambil menatapnya
“Bukan salsa, mama aku harus di rawat di salah satu rumah sakit yang ada di singapore, dan aku harus ikut menemaninya selama proses pemulihannya.”
“hmm… jadi aku harus ke sini sendirian lagi. Tapi aku boleh menghubungi kamu kan, kalau lagi disini? Kan zaman sudah canggih, kita bisa video call bareng.” Jawabku, dengan nada yang sedikit menghibur diri sendiri yang masih kaget
“salsa… salsa, aku usahakan yah”
“oke deh, kamu berangkatnya kapan?” tanyaku
“Setelah aku antar kamu pulang, aku akan langsung berangkat ke bandara soalnya ayah dan mama aku akan menunggu di sana.”
“ahh? Kamu kenapa tidak bilang dari kemarin sih!” jawabku, dengan nada bicara dan ekspresi yang begitu kaget
“Karna aku tidak mau kamu nganterin aku ke bandara, aku takut kamu melihat sesuatu yang menyedihkan, kamu harus janji apapun yang akan kamu temui dan dengarkan nanti tetap tersenyum dan jadi salsa yang selama ini aku kenal” jawabnya, sembari mengengam tanganku
“kamu ngomong kayak gitu terus sih, seperti orang yang bakalan pergi jauh banget, padahal cuman ke Singapore ajah. Iya aku janji.” Ucapku, sambil cemberut.
Sejak hari itu semuanya masih berjalan lancar, aku dan qifan masih selalu melakukan video call setiap senja akan menghilang karna tenggelam oleh kehadiran malam, namun setiap kita melakukan video call, dia hanya memperlihatkan pemandangan senja dari jendela rumah sakit dan tidak pernah menampakkan wajahnya. Padahal aku rindu, ingin sekali melihat wajahnya, hingga qifan kembali namun membawa senja yang berbeda.
Ternyata di balik kekonyolannya yang selalu dia tampakkan setiap harinya, ada kegelapan yang mengahabisi sisa waktu kami bersama dan kesempatan ku untuk berjumpa lagi dengannya dan yang merenggut hidupnya. Aku sudah sering melihat senja, namun tidak satupun yang berhasil membuatku nyaman melihat senja saat kamu duduk di sampingku dan mencintai aku dengan sederhana. Tapi aku percaya tuhan menciptakan malam untuk menenggelamkan senja karna Tuhan ingin kita melihat indahnya malam, di mana saat pertama kita bertemu aku akan selalu mengingatnya sebagai ingatan yang indah, Aku janji.
Sumber : “NFA” (shila)
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me? https://accounts.binance.com/ru-UA/register?ref=OMM3XK51
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?